Mesjid Raya Baiturrahman merupakan mesjid terbesar dan termegah di Aceh. Mesjid ini mempunyai arsitektur yang indah dan terletak di pusat Kota Banda Aceh. Mesjid Raya Baiturrahman tidak sekedar berfungsi sebagai sebuah tempat religious semata, tetapi juga mempunyai makna yang mendalam bagi masyarakat Aceh berkaitan dengan sejarah kependudukan Belanda di daerah ini pada masa lalu. Ketika Belanda belum menduduki Aceh, mesjid ini dipergunakan oleh para pejuang Aceh sebagai markas pertahanan mereka.
Sebelum wujudnya yang seperti sekarang, beberapa tulisan tentang sejarah Mesjid Raya Baiturrahman menyebutkan bahwa mesjid ini mulai dibangun pada masa Kerajaan Aceh diperintah oleh Sultan Iskandar Muda (1607-1636). Namun ada juga yang menyebutkan bahwa mesjid ini dibangun pertama kali pada Pemerintahan Sultan Alaidin Mahmud Syah pada tahun 1292 (621 H). Perluasan mesjid juga dilakukan kembali pada masa Pemerintahan Nakiatuddin Kinayat Syah pada tahun 1675-1678 M.
Banyak orang tua di Aceh menyebutkan bahwa bentuk bangunan Mesjid Raya Baiturrahman ketika itu berkonstruksi kayu, bertatapkan daun rumbia dan berlantaikan tanah liat yang rata dan mengeras yang menyerupai semen setelah kering. Para jamaah menggunakan tikar dari daun pandan untuk menutupi lantai mesjid sebagai alas untuk bersembahyang. Bentuk atap menyerupai belah kerucut dan berlapis tiga buah dengan kemiringan sekitar 30 derajat.
Berdasarkan sejarah bahwa Mesjid Raya Baiturrahman pernah dibakar dua kali oleh Belanda. Pertama pada tanggal 10 April 1873 dan dalam pertempuran ini Mayor Jenderal J.H.R Kohler tewas di depan mesjid tersebut, tepatnya di bawah sebatang pohon Geulumpang, yang belakangan orang-orangg Belanda menamakannya Kohler Boom. Kedua pada tanggal 6 Januari 1874. Meskipun mesjid tersebut dipertahankan secara mati-matian oleh seluruh rakyat Aceh, tetapi karena keterbatasan dan kesederhanaan persenjataan, akhirnya mesjid ini jatuh kembali ke tangan Belanda. Mesjid ini tidak hanya jatuh ke tangan musuh tetapi juga habis dibakar. Tidak lama kemudian, Belanda mengumumkan bahwa Aceh sudah berhasil ditaklukkan.
Empat tahun kemudian tepatnya pada pertengahan Bulan Safar 1294 h (awal maret 1877 M) dengan mengingat janji Van Swieten dulu, Gubernur Jenderal Van Lansberge menyatakan akan membangun kembali Mesjid Raya Baiturrahman pada lokasi yang sama. Kemudian, pada hari Kamis 13 Syawal 1296 H/9 Oktober 1879 pembangunan kembali mesjid ini mulai dilakukan oleh Gubernur Jenderal Van Der Heiden. Peletakan batu pertama diwakili oleh Teungku Qadli Malikul Adil dan disaksikan oleh rakyat Aceh yang berada di sekitar mesjid itu. Pada tanggal 24 Safar 1299 H atau 27 Desember 1881 M, pembangunan mesjid ini dinyatakan selesai dan dapat dipergunakan oleh rakyat Aceh.
Sumber : Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Provinsi Aceh
No comments:
Post a Comment